Aku Bukan Mereka
Sore itu, langit mulai berubah Menjadi senjah ketika Aku duduk di bangku taman kampus, memperhatikan teman-teman dari kejauhan. Mereka tertawa, bercanda, dan dengan semangat menceritakan pencapaian mereka. Ada yang juara lomba debat, ada yang menang olimpiade Matematika, dan ada juga yang baru saja mendapatkan beasiswa ke luar negeri.Aku menghela napas. Aku menggenggam buku catatan dengan erat, seakan mencari pegangan. Dalam hati aku berkata, Aku ingin seperti mereka—pintar, percaya diri, dan berani menghadapi dunia. Tapi nyatanya, Aku merasa diriku bukan siapa-siapa.Tiba-tiba, seorang teman,Dani, menepuk pundakku "heyy, kenapa duduk di sini sendirian?"aku tersenyum tipis. "Enggak apa-apa kok Dan."
Dani mengernyit. "Kita ngerayain keberhasilan bareng-bareng, loh. Ayo gabung!"
Aku menunduk, menggigit bibir ragu-ragu. "Kalian hebat... Aku nggak bisa seperti kalian."
Suasana mendadak hening. Dani menatapnya lekat-lekat, lalu duduk di sampingku. "lo sadar nggak sih? Lo selalu bilang gitu setiap kali kita ngobrol. Tapi gue justru kagum sama lo."
Aku mengangkat wajah, terkejut. "Kagum sama aku?"
"Iya. Lo selalu bantuin kita pas kesulitan. Lo yang pertama kali nolongin gue waktu gue hampir gagal ujian Matematika. Lo juga yang selalu ngasih semangat kalau kita lagi ragu. Lo mungkin nggak sadar, tapi lo bagian penting dari kita semua."
Aku terdiam. Say tidak pernah memikirkan itu sebelumnya."Hebat itu bukan cuma soal prestasi besar, " lanjut Dani. "Kadang, hebat itu tentang Bagaimana kita bisa berarti buat orang lain."Seketika, hati Ku terasa lebih ringan. Aku menatap Dani, lalu tersenyum. "Makasih, ya."
Mungkin benar, Aku bukan mereka. Tapi itu bukan berarti Aku tidak berharga. Aku punya caranya sendiri untuk menjadi hebat.
Penulis; Pilipus Salmo 👈 👈
Tlp; +6282147505822
Komentar